Sabtu, 05 November 2011

Long Distance :)

Aee ,, kembali lagi dengan saya Annisa *Pletak* kali ini saya membawa hasil karya My sister yaitu 'Mahda Lathifa D'Henks' ,, mau tau orangnya nengok dah Epbinya ,,, :)) diaitu Rise tepatnya Rise ACEH :DDD
Oke langsung saja :P



LONG DISTANCE For you


 Bagaimanapun, perpisahan sangatlah sulit. Apalagi jika seseorang yang pergi itu adalah yang kita sayangi sepenuh hati. Begitu lah yang dirasakan Rio. Tadi sore, tepat pada tanggal 6 Desember 2010, sang kekasihnya Ify harus meninggalkannya. Memang itu bukanlah keinginan mereka. Tapi, demi pendidikannya, Ify harus rela berpisah dengan seseorang yang sangatlah berarti baginya. Begitu pula Rio. Sosok Ify sangat berharga baginya. Ify yang telah membangkitkan semangat hidupnya, kini akan pergi ke Negara seberang meninggalkan dirinya dengan segala kenangan manis.

 Ify mengucapkan kata perpisahan itu tepat pada hari ulang tahunnya yang ke 17. Rio tak menyangka hal itu akan terjadi padanya. Padahal selama ini, ia selalu berharap agar tidak menjalani Long Distance. Tapi, takdir berkata lain.

 Rio menompangkan dagunya menatap keindahan bintang-bintang yang bersinar terang. Hatinya begitu damai melihat bintang itu berkerlap-kerlip. Tak jauh dari sana, ify juga melakukan hal yang sama. Sebenanrnya ia ingin sekali memeluk Rio untuk terakhir kali, sebelum ia benar-benar pergi ke Amerika, tapi itu sangatlah berat. Ify tidak sanggup jika harus melihat wajah kekasihnya yang murung dan sedih. Ify juga tidak sanggup mengucapkan selamat tinggal untuk kedua kalinya.

6 tahun bukanlah waktu yang cepat. Harus dengan kesabaran jika ingin menunggunya. Di tengah malam yang begitu dingin, Rio memberanikan diri untuk menghubungi Ify.

 “Malam Fy”

  “Malam Yo” jawab Ify dari seberang. Kelihatan serak. Entah karena baru bangun atau karena sehabis menangis.

 “Aku ganggu?”

“Ga kok Yo” jawab Ify singkat.

 “Hmm, kamu besok berangkat jam berapa Fy?” tanya Rio

  “Jam 7 Yo”. Jawab Ify. Tidak, seharusnya Ify harus berbohong agar Rio tidak perlu repot-repot mengantarnya.

  “Ouwh, besok gue ikut anter ya?” pinta Rio.

  “Hmm, terserah kamu deh.” Jawab Ify menyesali jawabannya tadi. Ify pun menggigit kecil bibir bawahnya.

 “Tapi kan kamu sekolah?” lanjut Ify lagi. Berharap semoga Rio tidak jadi mengantarnya.

“Nggak masalah kok. Sesekali manjat pagar gitu. Hehe”. Ify berusaha tersenyum.

“Kamu ituu”

 “Fy, kita masih bisa berhubungan kan?” tanya Rio takut.

“Aku ga tau Yo. Aku bisa sekolah disana karena beasiswa. Otomatis aku harus lebih fokus terhadap pelajaran. Maaf ya Yo” jawab Ify lemah.

 “Aku ngerti kok Fy. Fy, ini udah malam. Sekarang kamu tidur ya. Anggap ini adalah malam terakhir kita bersama dengan jarak yang dekat. Mulai besok kita akan terpisahkan oleh jarak. Ify, aku harap kamu jaga cinta yang selama ini udah kita bina. Jangan lupain kenangan indah itu ya sayang.  Aku kan berusaha menjadi orang pertama yang menyambut kedatanganmu saat kamu kembali ke sini. Nite peri bawelku”

  “Nite juga pangeran bawelku”

 Setelah menutup telfonnya, Ify menangis. Menangis. Hanya itu yang bisa ia lakukan. Biarkan malam menjadi saksi bisu hubungan mereka.


 Keesokan harinya, Ify sudah bersiap-siap menuju ke bandara bersama kedua orangtuanya. Berat memang. Tapi Ify sudah bertekad.  6 tahun lagi ia akan kembali ke sini, semoga.

  Sementara di tempat Rio, ia masih menggunakan sepatu untuk berangkat ke bandara, kalau biasanya dia akan menjemput peri hatinya itu, beda dengan hari ini. Dia akan melihat Ify pergi jauh.

 Ify dan keluarganya sudah tiba di bandara. Keberangkatannya tinggal beberapa menit lagi.

 “Fy, disana kamu jangan nakal-nakal ya. Belajar yang bener”

  “Iya ma. Ify janji kok”. Kedua orangtuanya pun mengecup kening Ify. Bagaimanapun, sangat sulit untuk melepas putri semata wayangnya.  Sang mama yang sedari tadi menahan air matanya, akhirnya jatuh juga.

   “Mama jangan nangis ya. Ify bakal kembali kok” jawab Ify sambl menghapus air mata mamanya.

 “Iya nak”

 “Ma, Pa, Ify berangkat dulu ya” Ify pun melangkah masuk ke dalam bandara. Kedua orangtuanya hanya dapat tersenyum miris. Ify melihat ke arah belakang. Hati kecilnya mengharapkan Rio ada disini. Tapi, belum ada tanda-tanda dari Rio akan datang. Mungkinkah, ia membatalkan rencananya mengantar Ify?

“IFY” teriak seseorang yang suaranya begitu familiar di telinga Ify.

 “Rio” lirih Ify.

  “Sory, tadi ada masalah dikit. Kamu udah mau berangkat ya??”

  “Ga papa kok Yo. Iya Yo” Ify tersenyum manis.

   “Hmm, Fy” Rio pun memeluk Ify.
(Rio)
Tetes air mata, basahi pipiku
Disaat kita kan berpisah
Terucapkan janji padamu kasihku
Takkan kulupakan dirimu
(Ify)
Begitu beratnya, kau lepas diriku
Sebut namaku jika kau rindukan aku, Aku akan datang
(RIO&IFY) *reff*
Mungkinkah, kita kan slalu bersama
Walau terbentang jarak antara kita
Biarkan, ku peluk erat bayangmu
Tuk melepaskan semua kerinduanku
            Ify melepaskan pelukannya. Tangannya mulai menarik kopernya dan melangkah meninggalkan Rio.
(Ify)
Lambaian tanganmu, Iringi langkahku
Terbesit tanya di hatiku
(Rio)
Akankah dirimu, Kan tetap milikku
Saat kembali di pelukanku
(Ify)
Begitu beratnya, kau lepas diriku
(Rio & Ify)
Sebut namaku jika, kau rindukan aku
Aku akan datang
*Back to reff*
Kau ku sayang, slalu ku jaga
Takkan ku lepas, slamanya
Hilangkanlah, keraguanmu
Pada diriku, di saat, kau jauh dariku

  Ify memejamkan matanya. Butiran bening itu keluar dari matanya. Ify berusaha menguatkan hatinya. Semua akan kembali seperti semula, saat ia kembali nanti.

***

“Untung tu satpam ga tau” batin Rio dalam hati. Tentu saja ia baru saja melompat dari pagar.

Setelah membersihkan sedikit bajunya, Rio masuk ke dalam kelas. Di sana ia  menemukan Alvin, Cakka dan Gabriel sedang bermain tebak-tebakkan.

 “Tumben loe telat? Untung gurunya belom masuk” ujar Gabriel.

“Nganter Ify yel” jawab Rio singkat. Ia pun meletakkan tasnya.

“Sabar bro, seharusnya loe bangga sama Ify yang berhasil ngedapetin beasiswanya disana. Loe disini juga harus berusaha dong” hibur Alvin. Rio mengangguk. Kesedihannya tidak akan membuat Ify mengubah keputusannya.

 “Trus, dia udah berangkat?” Tanya Cakka.

“Udah” Rio mulai melamun.

“Daripada loe kayak orang linglung, mending main tebak-tebakan dah kita” ajak Alvin. Rio mengangguk setuju.


  Ify menatap jendela pesawat dengan hati yang sedih. Kini, ia telah berpisah dengan orangtuanya, sahabat-sahabatnya dan tentu saja dengan Rio, kekasihnya. Perjalanan ke Amerika membutuhkan waktu yang lama. Ify mulai menutup matanya untuk beristirahat. Ia ingin mengingat semua kejadian indah yang pernah ia alami bersama Rio.

 Waktu tidak akan berhenti berputar. Rio menatap langit yang dipenuhi arakan awan. Sebuah pesawat udara telah membawa kekasih hatinya, Ify ke Negara yang jauh dari Indonesia. Jauh dari pandangan matanya. Rio berusaha tersenyum.

“SETIAP PERTEMUAN PASTI AKAN ADA PERPISAHAN. NAMUN, PERPISAHAN INI HANYA UNTUK SEMENTARA, KARENA DIANTARA KITA ADA HUBUNGAN CINTA”

  “Yo, ke kantin aja yok. Daripada loe duduk-duduk ga kelas kayak gini, mending gabung aja” ajak Alvin. Rio mengangguk dan mengikuti Alvin.

  Seperti biasa, jika sudah berada di kantin, mereka berempat selalu di dampingin oleh pacar-pacarnya. Gabriel-Sivia, Cakka-Agni, Alvin-Shilla dan tentu saja Rio-Ify. Tapi kini, tiada lagi yang duduk di samping Rio untuk sekedar bercanda, adu mulut, saling nyolot-nyolotan atau sebagainya. Karena bagaiamanapun kondisinya, Rio selalu nyaman berada di samping Ify.


 “Yo.Yo,, Baru juga ditinggal ke Amerika, gimana kalau ditinggal selama-lamanya?”celetuk Cakka. Agni langsung melotot kea rah Cakka.

 “Kalau ngomong jangan asal ceplas-ceplos gitu napa? Seandainya lo di posisi Rio gimana?”tanya Agni.

   “Iya uga sih Sory deh bro. Khilaf”

Rio terkekeh. Sebenarnya Cakka ada benarnya juga. Namun, semakin dirinya berusaha, rasa kehilangan itu semakin meningkat. Akhirnya, Rio pun memesan makanan. Tentu saja ia memesan makanan yang disukai oleh Ify. Ia ingin merasakan bahwa saat ini Ify memang berada di sampingnya, bukan di Amerika.


 “Dari Indonesia?” tanya seseorang yang duduk di sebelah Ify.

  “Iya” jawab ify singkat. Ia baru saja bangun dari mimpi indahnya bersama Rio.

  “Dari sekolah mana?”

 “SMA Kesatuan Bangsa. Sendirinya?”

 “SMA Pribadi.” Ify manggut-manggut.

  “O ya, namanya siapa?”tanya orang itu lagi.

 “Alyssa Saufika Umari, panggil aja Ify. Kamu?”

 “Zahra Damariva, panggil Zahra”jawab orang yang bernama Zahra tersebut.

 “Dapat beasiswa juga?”tanya Ify yang mulai akrab.

 “Iya. Hh, ternyata berat ya berpisah dengan orangtua”. Ify mengangguk. Lalu mereka pun saling berbagi cerita. Yaa, setidaknya bisa sedikit menghilangkan rasa bosan di dalam pesawat.

 Beberapa jam telah berlalu, pengumuman akan mendaratnya pesawat terdengar. Ify dan Zahra pun bersiap-siap.

Setelah pesawat berhasil mendarat dengan bagus, Ify segera mengupdate status lewat twitter.

@Ifyalyssa akhir.a tba dgan selamat

Tak lama kemudian, Rio membalasnya.

@riostevadit udh nympe? Syukurlah. Hti”y RT @ Ifyalyssa akhir.a tba dgan selamat

@ifyalyssa sip pangeranku RT @riostevadit udh nympe? Syukurlah. Hti” y

@riostevadit Love u RT @ifyalyssa sip pangeranku

@ifyalyssa Me too, Ak off ya RT @riostevadit Love u


  Ify pun menutup aku twitternya. Bersama dengan Zahra dan beberapa siswa yang mendapatkan beasiswa, segera mengambil barang-barangnya dan bersiap menuju ke asrama.

 “Kamu kenal mereka semua?”tanya Ify pada Zahra yang sedang memainkan hpnya.

 “Ga semua. Yang aku kenal cuman Debo. Dia itu dari SMA Idola Bangsa, teman aku pas SMP”jelas Zahra.

  “Ouwh”

   Lalu mereka terlarut dalam perjalanan yang mungkin membutuhkan waktu beberapa menit.


  “Ify udah nyampe” ujar Rio pada teman-temannya yang saat itu ingin menginap di rumah Rio.

  “Tau darimana loe?”

“Twitter”

 “Jiaahh,, o ya.. bilang tu sama Ify, jangan lupa sama kita-kita kalo udah nyampe disana” celetuk Alvin.

 “Kalo sama loe pada, gua kagak tau deh, kalo sama gue.. mana mungkin sih dilupain” kata Rio PD.

  “Wess,, ntar Ify kecantol sama bule-bule disana gimana?”

  “Loe do’ain?” Tanya Rio ketus.

    “Nyantee Yo,, gue kan cuman tanya ” ujar Cakka sambil mengambil cemilan yang ada di dalam kotak persediaan makanan Rio.

   “Iye.iye” Rio membuka komiknya. Sebuah kertas jatuh dari komik itu. Rio memungut dan membacanya.


“Happy Birthday Yo. J. Sebenarnya aku bingung mau kasih apa. Ya udah, karena aku liat kamu sering baca komik, aku kasih komik aja deh. Hehe. Tapi, pelajaran sekolah jangan sampe ditinggalin ya
-IFY-
         
   “Kenapa loe senyam-senyum sendiri?” Tanya Alvin heran.

   “Gue inget aja pas Ify kasih ni komik. Kan waktu tu gue ma Ify baru jadian, ini kan hadiah pertama yang Ify kasih”

   “Jiaaahh,, berarti banget kayaknya”

 “Iyaa lah”

Rio tak mempedulikan ocehan teman-temannya lagi. Ia mulai larut membaca kmoik. Dan tak lama kemudian ia pun tertidur pulas, dan hatinya terus berharap agar bisa memimpikan Ify.

 “Eh, si Rio udah tidur tuu” ujar Alvin.

  “Trus?”

  “Kasian yee.. Dulu aja, kalo ketemu sama Ify sok-sokan cuek. Ehh, pas udah ditinggal kayak sekarang, jadi gitu deh dia. Untung kagak bunuh diri”

 “Wew,, jangan gitu amat kenapa pin. Biasa aja tuu. Seandanya loe ditinggal sama Shilla, mungkin bakal lompat ke jurang lo” balas Cakka.

 Alvin memanyunkan bibirnya. Gabriel terkekeh.

 “Udah woii, mending maen PS nyok. Gue pengen tanding sama loe berdua. Mau kagak?”

  “OK” jawab CakVin serempak. Mereka segera mengobrak-abrik tempat Gamenya Rio.

   “Eh Yo, gue ngomong baik-baik sama loe. Lha,, kenapa loe sewot gitu?”
        
    “Gue ngomongnya biasa aja. Loe tu yang nyolot ga jelas”
        
    “Loe”
        
    “Loe”
           
 “Kalo bakal berdebat, kagak selesai-selesai. Mending, loe buat nih tugas. Cape tau gue liatnya”
          
  “eh, ini tu disuruh buat sama loe, kok loe kasih sama gue”
           
 “eh bego, yang nyuruh gue kan loe. Udah deh, banyak bacot dah loe. Niih”
           
 “Ify..ify”
          
  “Eehh,, si Rio ngigo tuu” celetuk Gabriel tiba-tiba.

 “iyee,, eehh. Bangunin yuukk” ujar Cakka sambil tersenyum jahil.

 “I..2..3.. Riiiiooooo,,,, ada Ifffffyyyy” teriak mereka bertiga, sukses membuat Rio terbangun dari mimpinya.

   “eehh,, Ify. Dimana?Dimana?” Tanya Rio yang masih di ambang kesadaran.

   “Di Amerika” jawab Alvin santai. “BUUUGGGHH”. Bantal Rio sukses mendarat di kepala Alvin dan Cakka. Gabriel tertawa melihatnya. “BUUUGGHH” satu bantal lagi berhasil mendarat di muka Gabriel. Giliran Alvin dan Cakka yang tertawa.

   “Kurang kerjaan banget sih loe pada” ujar Rio kesal.

   “Hehe,, habisnya loe ngigo Ify mulu”

  “Gue emang lagi mimpiin dia. Arrrgghh, ngerusak suasana kalian. Sekali lagi, angkat kaki loe dari rumah gue” Rio kembali memeluk bantalnya dan meneruskan tidurnya yang terganggu tadi.

  Sedetik..Dua detiikk.. “Buahahahahahaha”

 “Sompret loe pada!!!” umpat Rio semakin kesal.

“Sorry yo. Yo wes, kagak ganggu loe lagi kok”. Alvin, Cakka dan Gabriel kembali bermain PS.


 Ify membuka kedua matanya perlahan. Ia melihat ke sekeliling. Zahra tidak berada di dalam kamar. Ify pun bangkit dari tidurnya dan melangkah keluar.

    “Baru bangun Fy?” Tanya Zahra. Saat itu Zahra sedang bersama seseorang. Itu Debo. Teman SMP Zahra dulu.

  Ify tersenyum dan mengangguk.

 “O ya Deb, ini Ify. Temen baru gue”. Debo menjulurkan tangannya.

“Debo”

 “Ify”

 “ya udah, sory udah ganggu. Gue mandi dulu yaa” Ify kembali ke dalam kamar. Zahra dan debo mengangguk.

“Dari SMA mana dia?” Tanya Debo setelah Ify menghilang.

“SMA kesatuan Bangsa? Kenapa? Cantik ya? Loe suka? Kalo ga salah sih dia udah punya pacar” ujar Zahra bertubi-tubi.

  “Ga kok,, cuman nanya aja. Loe sotoy banget” Debo terkekeh. Zahra hanya tersenyum kecut. Zahra sebenarnya mulai tertarik terhadap temannya ini.

Ify membuka tasnya. Terdapat sebuah boneka hello kitty yang sanagt lucu pemberian Rio di hari ulang tahun Ify beberapa waktu lalu. Ify memeluk boneka itu dengan , penuh kesedihan. Di dalam pikirannya hanya ada Rio untuk saat ini. Semoga jika esok pikirannya sudah sibuk, ia masih ingat dengan kekasihnya itu.

***

  Waktu terus berjalan tanpa mempedulikan apapun. Detik demi detik terus dilalui oleh Rio tanpa Ify di sisinya. Hubungan mereka mulai merenggang. Ini yang ditakutkan Rio selama ini, kehilangan kontak bersama Ify. Tapi, bagaimanapun, Rio harus mampu memaklumi. Ia percaya, Ify akan selalu setia bersamanya. Hanya dengan hitungan tahun, Ify akan kembali bersamanya. Dan membutuhkan kesabaran penuh untuk Rio menunggu hari itu tiba.

Menunggu, sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku
Saat ku harus bersabar dan trus bersabar
Menantikan kehadiran dirimu
Entah sampai kapan aku harus menunggu
Sesuatu yang sangat sulit tuk kujalani
Hidup dalam kesendirian sepi tanpamu
Kadangku berfikir cari penggantimu
Saat kau jauh disana
Reff:     Walau, raga kita terpisah jauh, Namun hati kita selalu dekat
            Bila kau rindu pejamkan matamu, Dan rasakan aku
            Kekuatan kita tak kan pernah rapuh, Terhapus ruang dan waktu
            Percayakan kesetiaan ini, Padamu tulus dan a.a.aishiteru
Gelisah sesaat sakit tiada kabarmu ku curiga
Entah penantianku takkan sia-sia
Dan berikan satu jawaban pasti
Entah sampai kapan aku harus bertahan
Saat kau jauh disana rasa cemburu
Merasuk ke dalam pikiran ku melayang
Tak tentu arah tanpa dirimu
Apakah sama yang kau rasakan

*Back To Reff*

“Prook..prook..prook” seseorang menepuk tangan selesai mendengar Rio menyanyi.

 “Eh” Rio menoleh ke belakang dan menemukan seseorang gadis cantik sedang tersenyum ke arahnya.

  “Suara loe bagus” puji gadis itu.

 “Thanks” jawab Rio sekenanya.

 “Dalem banget nyanyinya”

 “Sesuai keadaan gue sekarang ini”

 “Ouwh,, nama loe siapa?”

“Rio. Loe?”

“Gue Dea. Salam kenal aja deh. Hmm, loe tinggal di sekitar sini juga ya?”

“Iya. Kalo loe?”

 “Iya. Tapi gue baru pindah ke sini. Hmm, emang pacar loe pergi kemana?”

 “Pergi ke Amerika. Dia dapat beasiswa disana sampai 6 tahun” jawab Rio sambil menundukkan wajahnya. Dea menatap kasihan. Ia ingin mencoba menghibur cowok manis yang ada di depannya saat ini.

“Eh yo, ini kan masih sore, temenin gue keliling kompleks boleh? Gue pengen lebih mengenal daerah sini aja. Lagian, suntuk di rumah, nggak ada orang” pinta Dea. Rio mengangguk. Mereka kemudian beranjak pergi dari situ.

 Entah karena Dea yang ramah, Rio dengan cepat bisa nyambung dengan Dea. Mereka mempunyai banyak kemiripan. Mulai dari kesukaan, minuman, makanan dan hal-hal sepele lainnya yang mungkin tidak ia temukan dalam diri Ify.

 “Loe ternyata anaknya asik juga” ujar Dea ketika mereka sudah tiba di rumah Dea.

 “Yaa, begitulah”

  “Mau masuk dulu, biar gue buatin minuman?”

 “Nggak usah. Thanks. Gue mau pulang. Keburu malam ntar”. Rio pun tersenyum manis dan meninggalkan Dea yang saat ini sedang terpesona dengan senyum Rio barusan.

 “Wuaduhh, ganteng banget tu cowok. Tapi, udah punya pacar. Haa? Apa-apaan sih gue. Hhh”. Dea pun masuk ke dalam rumah.


  Rio mencoba membuka akun twitter, kali aja Ify sempat ol di sela-sela kesibukannya. Rio tak pernah bosan mengirimkan mention ataupun DM kepada pemilik hatinya itu.

@riostevadit hi @ifyalyssa, msh sbuk bget yaa?

   Rio tak menunggu, ia tau, hanya sebuah kebetulan Ify bisa on. Rio pun segera menutup akun miliknya dan merebahkan diri di kasur. Sambil terus membayangkan wajah Ify, Rio mulai ingin menutup matanya karena kelelahan,, Tapii..

“Drrrttt..drrrttt”. Hp Rio bergetar. Sebuah pesan masuk. Dengan malas Rio membukanya

From : Iel BF
Ify bales mention loe!!


    Rio terlonjak kaget. Ia kembali membuka twiiternya dan menemukan nama Ify tertera disana.

@Ifyalyssa iya nii. Cape bgt RT @riostevadit hi @ifyalyssa, msh sbuk bget y?

Dengan segera Rio membalasnya, ia takut Ify off.

@riostevadit sbr y. hhe. Kok bsa on? RT @Ifyalyssa iya nii. Cape bgt

@Ifyalyssa curi” wktu. Mumpung istrhrt. Kgen :* RT @riostevadit sbr y. hhe. Kok bsa on?

@riostevadit sama :** RT @Ifyalyssa curi” wktu. Mumpung istrhrt. Kgen :*

@ifyalyssa hhe. Y dah, ak off dlu. Bntar lg hrus bljr. Bye RT @riostevadit sama :**

@riostevadit Bye L RT @ifyalyssa hhe. Y dah, ak off dlu. Bntar lg hrus bljr. Bye

 Rio tersenyum bahagia. Walaupun hanya sesaat, yang penting Ify masih mengingatnya. Rio pun menyambung kembali aktivitasnya, yaitu tidur.


  “Huuaaa,,” Ify teriak gaje. Zahra yang ada di sampingnya menatap heran.

  “What happen?”

   “Barusan Rio on”

   “Rio? Cowok loe?”

   “Iyeee”

  “Jiaah,, tak kira kenapa. Ya udah, nih, tugas yang ini belum kamu siapin. Buruan daah. Udah pegel nii tangan aku” ujar Zahra.

 “Iyaaa bu Zahra”. Ify kembali focus dengan urusannya.

***

  “Aku dah temenan sama Rio ternyata?” ujar Dea kaget. Ia yang baru saja membuka twitter langsung menemukan nama Rio di TLnya.

    “Dia mentionan sama siapa yaa?” gumam Dea. Deda pun membaca satu persatu mention antara Rio dan Ify.

  “Jadi, Ify ini pacarnya. Hmm, cantik juga. Mereka serasi” gumam Dea lagi.


   Keesokan harinya, Rio datang ke sekolah hampir terlambat. Teman-temannya menatap heran.

 “Napa loe pada?” Tanya Rio.

 “Tumben loe telat?”

 “Semalam gue mimpiin yayang gue”

  “Jiaahh,, baru mentionan dikit aja udah terbawa mimpi” ujar Gabriel. Rio nyengir.

  “Teeettt….teeett…” bel masuk pun berbunyi. Rio segera duduk di tempatnya.

   “Yo, kok datengnya telat?” Tanya seorang cewek yang sekelas sama Rio. Rio hanya mengangkat bahu.


“Hmm, nii, aku bawain chitato untuk kamu” ujar cewek itu centil. Alvin, Gabriel dan Cakka sudah tertawa melihatnya.

 “Thanks”

“Buahahahahaha,, udah dapet penggantinya Ify toh?” tanya Cakka.

“Enak aja lu, dia sendiri yang ngasih, gue kagak minta. Nii, buat loe aja. Gue kagak mau makan, yang ada keinget lagi sama Ifynya” ujar Rio.

  “Tumben-tumbenan loe kagak mau Chitato?” Tanya Gabriel heran. Biasanya Rio tidak akan menolak jika ada orang yang memberinya Chitato.

 “Mentang-mentang pernah dikasih chitato sama Ify, mana waktu tu loe sok gensi ngambil padahal ujung-ujungnya ambil juga” ujar Alvin sambil menarik chitato itu dari tangan Rio. Rio tersenyum. Ia mengingat kejadian itu.

::FlashBack On::

 Waktu itu, Rio dan Ify sama-sama menunggu hujan reda di sekolah. Mulai dari pulang sekolah, hujannya turun dengan sangat lebat. Rio yang saat itu baru selesai latihan basket merasa lapar dan haus, tetapi uang sakunya telah habis dan ia tak membawa persediaan apapun.

Tak jauh dari sana, Ify juga sedang menunggu taxi ataupun angkot lewat. Sambil terus mengusap-ngusap kedua tangannya, Ify melihat Rio yang mungkin terlihat sedikit lemas. Sebenarnya Ify kasihan juga, namun karena pada saat itu mereka sedang bermusuhan, Ify mengurungkan niatnya.

Rio semakin kedinginan. Rasa lapar dan haus sudah tidak dapat ia tahankan lagi. Ketika melihat Ify, ia segera berpindah kesana.

  “Belum pulang loe?” Tanya Rio.

  “Belum” jawab Ify cuek. Rio tak berkata apa-apa lagi. Ia memegangi perutnya.

  “Napa loe?” Tanya Ify masih sok cuek.

 “Laper” ujar Rio.

   “Hmm, berhubung gue lagi baek nii, mau Chitato ga?” tawar Ify. Rio langsung berbinar-binar matanya mendengar nama makanan itu disebut.

 “Hmm, kagak usah. Makasih” Rio masih sok jaim.

   “Udah ambil aja. Gue nggak bakalan minta ganti rugi” ujar Ify sekali lagi. Rio masih menolaknya, sampai akhirnya..

 “Loe jangan minta kalo gue makan sendiri” Ify mulai membuka Chitato itu, Rio segera mencegah dan mengambilnya. Ify tersenyum kecil melihat Rio. Tak membutuhkan waktu lama bagi Rio untuk menghabiskan sebuah Chitato itu. Walaupun tidak mengenyangkan, setidaknya lebih mendingan daripada tidak sama sekali.

::FLASHBACK OFF::

***

  Semenjak pertemuannya dengan Dea, Rio sudah mulai lebih akrab dengan Dea. Teman-temannya yang lain pun sudah mengenal Dea. Dea yang supel, ramah dan baik membuat yang lainnya merasa senang berteman dengan Dea. Seiring waktu berjalan, bayang-bayang Rio bergelayut terus di pikiran Dea walau ia berusaha untuk menepisnya. Siapa sih yang bisa menolak kehadiran Rio yang manis itu? Ify yang sempat jadi musuhnya saja bisa jatuh ke pelukannya.

  “Ada rasa, yang tak biasa, yang mulai ku rasa, yang entah mengapa, mungkinkah ini pertanda, aku jatuh cinta, cintaku yang pertama” senandung Dea kecil sambil memainkan kakinya di kolam renang.

“Ciieee Deaa” sorak Sivia, Agni dan Shilla. Dea menoleh dan tersenyum.

“Lagi jatuh cinta ya neng?” Tanya Sivia yang langsung duduk di samping Sivia.

“Haa?? Kagak aah”. Muka Dea memerah.

“Jujur aja sama kami” desak Shilla. Dea masih menggeleng.

“Eh De, gue mau nanya nii, tapi loe janji jangan tersinggung ya. Gue nanyain ini hanya sebagai kekhawatiran sahabat” ujar Agni. Dea yang penasaran hanya mengangguk.

“Gue liat, pandangan loe terhadap Rio akhir-akhir ini berubah De. Loe ga suka kan sama Rio?” Tanya Agni tepat pada sasaran. Dea terkejut. Tak menyangka bahwa ternyata ada yang memperhatikannya.

“Nggak lah,, gue tau kok kalo Rio cuman sayang sama Ify” jawab Dea pelan. Agni mengangguk.

“Sekali lagi sorry De, ini hanya sebatas kekhawatiran sahabat” ujar Agni sekali lagi. Dea tersenyum tipis. Yaa, ia dan Rio hanya akan menjadi seorang sahabat.


Lantas, bagaimana keadaan Ify disana? Yaap, super sibuk. Ify harus mampu mempertahankan beasiswa yang diperoleh dengan susah payah itu. Jika Ify merasa jenuh dengan apa yang ia kerjakan, Ify kembali melihat foto Rio, seperti mendapatkan ilham, Ify kembali semnagat

menjalani hari-harinya. Karena, jika ia sudah selesai nanti, ia akan segera pulang dan menemui keluarga serta Rio.

“Fy, loe pucat banget akhir-akhir ini. Loe sakit?” ujar Zahra. Ify hanya menggeleng-gelengkan kepala.

  “Loe kangen sama pacar loe ya?” Tanya Zahra lagi. Ify hanya memandang ke arah luar jendela.

  “Sabar Fy. Semua akan indah pada waktunya kok” Ify mengangguk lemah. Zahra benar, suatu hari nanti, ia akan pulang untuk menemui semua yang ia rindukan.
***

Gabriel :            Kekasihku, percayakah kamu. Aku slalu menunggu.
                        Kekasihku, percayakah kamu. Aku ingin bertemu.
                        Kalau kau cinta, pasti kau tau. Isi di hatiku.

Sivia :               Kekasihku, percayakah kamu. Aku slalu menunggu
                        Kekasihku, percayakah kamu. Aku ingin bertemu.
                        Kalau kau cinta, pasti kau tau. Isi di hatiku.

Siviel :              Ku bilang miss you , pada dirimu.
                        Agar kau tau isi hatiku
                        Yang slalu menunggu di setiap waktu
                        Karna I miss you

  Yaap, Sivia dan Iel sedang menyanyi di atas panggung. Hari ini merupakan hari perpisahan mereka. Setelah 3 tahun duduk bersama, akhirnya mereka akan berpisah. Semua mempunyai pilihan masing-masing untuk meneruskan perjuangannya.

Rio agak menjauh dari sana. Ia membawa sebuah gelas yang berisikan sebuah sirup. Ia duduk di sebuah kursi di taman. Lagu yang dibawakan oleh Gabriel dan Sivia mempunya arti tersendiri terhadap dirinya. Terkadang ia merasa lelah harus menunggu Ify. Namun, kekuatan cintanya melarang dirinya untuk melupakan Ify.

 Rio memutar kenangan-kenangan dirinya bersama Ify di dalam memori otaknya. Senyum Ify, wajah Ify, bahkan ia merindukan di saat mereka beradu argument. Tapi kini, mereka sudah
tidak pernah memberi kabar satu sama lain. Rio takut ia mengganggu Ify yang sedang berusaha untuk mencapai apa yang diimpikannya.

  Semenjak terkahir kali Ify membalas mention Rio waktu itu, Ify tidak pernah lagi membalas mention Rio yang lain. Berbagai pertanyaan mengusik Rio. Apakah kini Ify telah melupakannya? Apakah sangking sibuknya, Ify tidak bisa memberi tahu Rio tentang keadaannya? Apa Ify masih setia terhadap dirinya?

 Malam itu, Rio menghabiskan waktunya di bawah sinar bulan. Ia tidak ikut bersenang-senang bersama yang lain. Yang ia inginkan sekarang adalah ketenangan dan kekuatan supaya ia mampu bertahan dalam kondisi seperti ini.


  6 tahun kemudian…..

     Rio sudah berubah. Sikapnya sudah semakin dewasa. Kini ia sudah menjadi seorang businisman, meneruskan pekerjaan ayahnya. Gabriel, Alvin dan Cakka sudah berhasil di bidang mereka masing-masing. Gabriel menjadi seorang dokter. Alvin menjadi seorang pengusaha. Cakka menjadi seorang Produser.

   Sivia, Dea, Shilla dan Agni juga telah sukses semua. Hubungan mereka masih baik-baik saja sampai sekarang.

  “Yo, jemput gue bisa. Hari ini gue perlu pergi ke butik untuk ngeliat baju-baju keluaran terbaru” ujar Dea di suatu hari. Rio yang saat itu sedang senggang segera menyetujuinya.

 “Loe lagi ga sibuk kan?” Tanya Dea merasa kurang enak.

  “Nyantai aja kali De. Gua lagi ga sibuk kok” jawab Rio sambil tersenyum manis. Dea semakin terpesona terhadap Rio. Bertahun-tahun ia belum membuka hatinya untuk orang lain. Dea tau, mungkin sampai saat ini, Ify masih belum bisa tergantikan oleh sosok manapun untuk Rio.


   “Yo, ntar pulang dari sana kita ke makan dulu boleh?”

“Hmm, boleh sih. Nggak lama kan,, takutnya ada kerjaan mendadak”

  “Ga kok. Tenang aja Pak Bos”. Rio kembali tersenyum mendengarnya.


 6 tahun sudah berlalu. Kini Ify sudah selesai dengan studinya di Amerika. Hari ini dia ingin kembali ke kampong halamannya. Ia sengaja tidak memberi tahu kedua orangtuanya karena ia ingin memberikan kejutan untuk mereka semua yang merindukannya.

 “Kita pesawat jam berapa?” Tanya Zahra yang juga sudah selesai berbenah.

  “Kalo ga salah sih jam 7” jawab Ify dengan sumringah.

   Ify telah melewati masa-masa sulitnya di Amerika dengan baik. Walau masih ada yang terbaik di atasnya, setidaknya untuk peserta dari Indonesia, dia merupakan siswa yang terbaik. Ify sudah menyiapkan rencana ketika ia sampai di Jakarta nanti. Dan ia berharap, semua rencana yang telah ia persiapkan itu berjalan dengan baik.

    “Fy, jangan asik melamun, kita udah dipanggil tuh” ujar Zahra sambil menarik beberapa kopernya. Ify mengangguk, kemudian keluar dari kamar. 6 tahun bukanlah waktu yang cepat untuk merangkai sebuah kisah baru selama di Amerika. Saat ingin menutup pintu kamar, Ify sempat menyunggingkan senyum. Semoga suatu hari nanti, ia dapat kembali ke sini.

   Sama seperti ketika berangkat. Waktu yang ditempuh sangatlah lama. Belum lagi proses-prosesnya dan tempat transit.

   “Kita bakal pisah dong Fy” ujar Zahra sedih.

  “Ga kok. Kan kita masih bisa ketemu”

  “Tapi Fy, kan ga kayak sekarang. Disana kan ada sahabat-sahabat setia loe, pacar loe”

 “Tenang aja, loe juga sahabat gue kok” jawab Ify seraya merangkul Zahra. Zahra tersenyum.


Sesampainya di Jakarta..

“Jakarta, I’m coming” ujar Ify bahagia. Zahra terkekeh.

    “Loe langsung pulang nii?”

  “Iyaa, ntar, hubungi gue aja kalo kangen. Hehe”

 “Ok.Ok. Eh, itu Debo. Gue kesana dulu ya. Daah Fy”

 “Dadah”. Ify menghela nafas sejenak. Ia pun keluar dari bandara dan segera mencari taxi.

   Selama perjalanan, Ify terus-terusan memandang luar jendela. Keadaan sore hari memang indah untuk dilihat.

  “Assalamu’alaikum” sapa Ify ketika membuka pintu rumah. Semua yang ada di dalam menoleh ke arah asal suara.

   “Iffyy” teriak sang mama. Ify tersenyum lebar dan segera berlari memeluk ibunda tercintanya.

“Kamu sudah gede sayang. Kok ga bilang kalo mau pulang?”

“Kan Ify mau bikin kejutan”. Papa mengacak pelan rambut Ify. Ify juga memuk ayahnya itu.

“Mama sama papa kangen sama kamu nak”

  “Ify juga ma. Hmmm”. Mereka pun melanjutkan obrolan dengan cerita hangat. Ify dengan senang hati menceritakan semua yang di alaminya ketika berada di negeri Paman Sam itu. Dan setelah itu, Ify pun masuk ke kamar untuk beristirahat dan berharap besok akan menjadi hari yang paling indah.

Keesokan harinya…

  “Ma, Ify ke rumah temen-temen dulu ya, udah kangen. Sekalian mau bawain oleh-oleh” ujar Ify yang baru keluar dari kamar. Mama mengangguk.

 “O, ya.. Undang ya temen-temen kamu, nanti kita makan siang bersama disini”

  “Iya ma”

   Ify segera mengambil kunci mobil dan berangkat menuju rumah Shilla terlebih dahulu. Lagian rumah Shilla lebih dekat dengan rumahnya ketimbang yang lain.

 “Tok.tok.tok”.

  “Sebentar” teriak seorang cowok dari dalam. Ify mengerutkan keningnya. Bukannya Shilla cuman punya kakak cewek”

  “Mau cari siapa yaa” suara cowok itu semakin pelan saat melihat siapa yang ada di depannya saat ini.

 “Ify?” Tanya cowok itu. Ify mengangguk.

 “Beneran loe Ify?” tanyanya sekali lagi.

  “Iyaa Apiin. Ini gue, Alyssa Saufika Umari alias Ify. Emang muka gue udah berubah banget yaa, sampe-sampe loe kagak ingat gue lagi?” sungut Ify. Alvin menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.


  “Gue kan ga nyangka aja. Kebetulan banget loe datang. Kita semua semala pada berbeqiuan, pada nginap di sini deh. Masuk.masuk”. Ify mengangguk.

  “Ifffyyy” teriak Sivia, Shilla dan Agni. Mereka berhamburan memeluk Ify. Ify yang baru masuk langsung merasa sesak nafas mendapat pelukan dari sahabat-sahabatnya itu.

 “Sesak woii,, sesak” ujar Ify. Mereka pun melepaskan pelukannya dan hanya nyengir.

 “Kangen tau. Kok ga bilang-bilang loe udah pulang?” Tanya Sivia.

 “Kejutan buu. Eh, Gabriel sama Cakka mana?”

  “Tuuh, lagi di belakang. Kok Rionya ga ditanyain?” goda Agni. Ify menyenggol lengan Agni.

   “Iffyyy” teriak Gabriel dan Cakka.

“Telat” sorak semua.

“Hehe, maklum, gue kan sibuk di belakang. Kapan datang?”

 “Besok pagi” jawab Ify asal.

  “Ditanyain baik-baik uga” sungut Cakka.

 “Barusan Cakkanya Agni” ujar Ify yang sukses membuat Cakka dan Agni memerah.

 “Kebetulan loe datang Fy, tuh, si Rio belum bangun. Cape bangunin dia.” Adu Gabriel.

 “Trus?” Tanya Ify belum ngeh.

 “Bangunin sana” suruh Sivia.

 “Kamar sebelah mana?”

“Yang paling ujung”. Ify mengangguk

“O, ya.. di dalam mobil gue ada oleh-oleh untuk kalian, ambil aja Trus, nyokap gue bilang, ntar siang kalian ke rumah gue, kita makan siang sama-sama”. Ify  pun berjalan ke kamar yang ditunjukkan Shilla tadi. Ify membuka pintu kamar perlahan, takut menganggu. Ia mendapati Rio yang masih tidur memeluk bantal guling. Ify tersenyum melihatnya. Kini pangerannya itu telah menjadi pria dewasa.

  Ify duduk di samping Rio dan memandang wajah Rio dengan seksama. Banyak perubahan yang terjadi. Tapi ia berharap, perasaan Rio tak akan berubah terhadap dirinya.

  “Yo”

   “Apaan siih? Gue masih ngantuk”

“Udah pagi”

“Udah tau. Bentar lagi.”

 “Rugi aku pulang dari Amerika kalo kamu kayak gini” ujar Ify. Rio terbelalak kaget. Dengan segera ia bangun dan melihat Ify yang sedang tersenyum manis disana. Rio mengucek-ngucek matanya, takut salah melihat.

 “Ify?”

  “Iya Rio”. Langsung saja Rio memeluk Ify. Memeluk erat sekali, takut untuk melepaskannya.

 “Ify, aku kangen banget. Ga nyangka kamu pulang Fy. Aku pikir kamuudah lupa sama aku”

 “Ga mungkinlah. Yo, lepasin dong. Sesak nafas nii”

  “Hehe. Sorry sayang”

  Mereka tertawa bersama tanpa menyadari seseorang yang sedang berdiri di pintu melihatnya dengan miris.

“Jadi itu Ify. Di foto aja cantik, apalagi aslinya. Inilah saatnya gue mundur” batin Dea. Air mata turun dari kedua matanya dan segera berlari menuju halaman belakang.

“Gue bodoh. Kenapa gue trus nyimpan perasaan ini. Ini saat yang paing ga sanggup gue liat. Ify dan Rio bertemu lagi. Ya tuhaan, aku ingin Engkau segera menghapus perasaan ini” Dea terduduk.

 “Niih”. Seseorang menyodorkan saputangan. Dea mendongak.

 “Gue udah nyangka, loe punya perasaan itu” ujar Rio agak dingin. Dea menduduk dan menghapus air matanya.

   “De, gue nggak ada niat untuk nyakitin loe. Loe terlalu baik untuk gue sakitin. Seharusnya loe ga pernah punya perasaan itu. Tapi, gue juga ga bisa menyalahkan loe. Gue tau, loe juga sebenarnya tak ingin rasa itu muncul. De, loe tau, walao Ify ga pernah ngehubungin gue lagi, gue tau dia pasti kembali untuk gue. Gue harap loe ngerti De. Loe sahabat terbaik yang pernah gue miliki”’ ujar Rio panjang lebar. Dea segera memeluk Rio.


  Tak jauh dari sana, Ify melihat kejadian itu. Dengan penuh kesabaran ia menahan rasa emosinya. Walaupun samar-samar, Ify tau arah pembicaraan mereka. Sahabat. Rio dan Dea hanya sebatas sahabat. Lagian, tak sepantasnya ia marah. Ify kembali bergabung dengan teman-temannya yang lain.

 Kini, Rio semakin semangat menjalani setiap detik waktu. Pekerjaannya kini menjadi lebih ringan dengan adanya Ify di sampingnya. Tapi, hanya dalam beberapa bulan, sebuah konflik terjadi. Konflik yang tidak diharapkan oleh siapapun.

  Siang itu, Ify mengajak Rio makan malam bersama. Namun, dengan alasan pekerjaan, Rio menolak. Ify berusaha memaklumi. Ia pun pergi sendiri ke sebuah café. Seraya melihat sekeliling, tanpa sengaja matanya menangkap sesuatu yang membuat air matanya ingin tumpah. Rio sedang memeluk Dea. Haa? Ada apa ini? Ify yang saat itu sedang sensitive segera menghampiri mereka berdua.

  “Urusan kerjaan?” Tanya Ify dari belakang.

 “Ify” Dengan cepat, Rio melepas pelukannya. Dea juga kelihatan merasa bersalah.

  “Loe bilang urusan kerjaan Yo”

 “Fy, jangan marah-marah. Gue jelasin deh ya”

 “Apa sih yang perlu loe jelasin. Semenjak hari gue pulang, kalian itu akrab banget. Dan ga jarang loe ngebatelin acara kita cuman karena Dea. Pacar loe itu siapa?”

“Jadi, cuman gara-gara status loe pacar gue, gue ga boleh ma siapapun?” Rio mulai naik darah. Ify tak dapat menghentikan airmatanya.

  “Gue ga bilang gitu Yo. Gue sekarang ngeliat buktinya. Loe kayak ngejauhin gue Yo. Loe tau, gue kangen banget sama loe. Gue kangen masa dulu. Tapi, semakin hari gue liat loe semakin ga peduli sama gue. Dan alasan loe pekerjaan. Malam ini ngebuktiin semuanya, tadi, gue telpon loe, loe bilang ada urusan kerja dan ada meeting sampe jam 9. Apa itu cuman alibi loe supaya loe ga ketemu sama gue Yo. Gue baru beberapa bulan kembali Yo” ujar Ify panjang lebar, tetapi nada bicaranya sedikit ia turunkan.

 “Fy, asal loe tau ya. Selama loe ga ada, Dea yang slalu ngehibur gue. Dea yang slalu nyemangatin gue. Apa salahnya kalo gue deket dengan Dea. Loe kemana aja? Apa loe ga tau kalau gue itu kangen?”

   “Yo, harus berapa kali gue bilang, gue kesana untuk sekolah, bukan untuk main-main. Kalau gue pergi ke sana untuk jalan-jalan dan gue ngelupain loe, ok, gue terima loe marah. Sekarang, gue harus mati-matian pertahanin beasiswa gue itu. Loe pikir mudah?” Ify menarik nafas panjang.

“Tapi Fy, loe juga ga seharusnya marah sama gue dan Dea sekarang. Dea lagi ada masalah sama keluarganya. Gue pengen ngehibur dia. Apa itu salah?”

 “Gue ga bilang salah Yo. Gue cuman pengen tau kenapa loe bohongin gue. Itu aja”

  “Gue yang minta. Gue ga mau loe salah paham dengan kami” sahut Dea.

  “Salah paham loe bilang? Justru, dengan Rio bohongin gue kayak gini yang buat gue salah paham. De, kalo loe ga kenal siapa gue, mending loe jangan pikir yang bukan-bukan deh”

  “Fy, gue itu cewek, gue juga ngerti kalo loe tiba-tiba salah paham”

  “Kalo gue cewek dan loe juga cewek, apa gue harus selalu mempunyai perasaan yang sama ma loe? Ga. Gue ya gue. Dan loe ga berhak untuk sok-sokan ngertiin gue. Dasar perempuan ga tau diri”

“Plaaaakk” Rio menampar Ify. Ify terkejut. Begitu juga Dea dan Rionya sendiri. Ia tak menyangka.

“Fy, sorry” sesal Rio beberapa detik kemudian.

   “Thanks atas penantian loe yang begitu berharga selama ini. Thanks banget. Jarang ada cowok kayak loe. Dan malam ini, malam terindah yang pernah gue dapat. Mana semua janji loe? Mana semua omongan loe? Gue benci loe yo. Kita PUTUS”

“Jedeeerr” bagai petir yang menyambar ketika ucapan itu keluar dari mulut Ify. Ify segera berlari keluar, meninggalkan Rio dengan berbagai penyesalan.


Ku tau, kamu bosan. Ku tau, kamu jenuh. Ku tau, kamu tak tahan lagi.
Ini semua salahku. Ini semua sebabku. Ku tau kamu, tak tahan lagi.
Aku takut kamu pergi, kamu hilang, kamu sakit.
Aku ingin kau disini, di sampingku, selamanya.
***

 “Yo, maafin aku” pinta Dea beberapa hari setelah peristiwa itu.

 “Loe ga salah De, ini ga ada kaitannya sama loe. Gue bakal lurusin semua ini. Loe tenang ya” ujar Rio. Dea mengangguk pasrah.


   Rio pergi ke rumah Ify. Hari ini, dia telah meminta izin kepada ayahnya untuk menyelesaikan masalah pribadinya agar tidak terganggu dengan pekerjaan kantor. Ayahnya setuju. Lagipula, kedua orangtua mereka sudah mengenal dari dulu, jadi sayang saja kalo hubungan mereka putus cuman karena hal sepele.

 “Fy” Rio sekarang berada di depan kamar Ify. Tak ada jawaban dari dalam. Rio membuka pintunya. Ternyata Ify masih tertidur. Matanya nampak bengkak. Rio semakin merasa bersalah. Si meja kecil yang terletak di samping tempat tidur, ada sebuah buku yang mungkin baru saja digunakan oleh pemiliknya. Rio membukanya.

  Aku ga nyangka, ternyata usaha aku untuk mempertahankan semua hanya sia-sia. Apa ini yang namanya resiko Long Distance Relationship? Ketika kita tidak berada di sampingnya, dengan mudah dia mencari sosok yang di anggap sahabat, dan ketika kita pulang, dengan gampangnya dia mengatakan bahwa selama kita tidak ada, sahabatnya itu yang menyemangatinya? Aku terlalu mencintainya. Aku terlalu mengharapkannya. Tapi, sikap dia yang membuatku harus mempertimbangkannya. Aku berharap…. Haa? Berharap? Kenapa aku selalu hanya berharap? Aku ingin itu bukan hanya sebuah do’a, tapi sebuah kenyataan. Walau aku tak tau, sampai kapan aku seperti ini.
           
 Terbesit sebuah ide di dalam benak Rio. Ia pun merobek secarik kertas dan menuliskan sesuatu.

   Ify terbangun dari tidurnya ketika ia merasakan keningnya dicium seseorang. Setelah memaksimalkan pandangannya, ia menoleh ke sebuah kertas.

Temui gue di café RFM. Semua ga akan menjadi sebuah harapan, tapi menjadi sebuah kenyataan. Gue tunggu jam 7 malam.
                                                                                                                         RIO
***
Oh, her eyes, her eyes
Make the stars look like they’re not shining
Her hair, her hair
Falls perfectly without her trying
She’s so beautiful, And I tell her everyday
Yeah, I know, I know. When I compliment her, She wont believe me
And its so, its so. Sad to think she don’t see what I see
But everytime she ask me do I look okay, I say
*Reff*
When I see your face
There’s not a thing that I would change
Cause you’re amazing
Just the way you are
And when you smile
The whole world stops and stares for a while
Cause girl you’re amazing
Just the way you are
 Her nails, her nails
I could kiss them all day if she’d let me
Her laugh, her laugh
She hates but I think its so sexy
She’s so beautiful, and I tell her everyday
Oh, you know, you know, you know
I’d never ask you to change. If perfect is what you’re searching for
Then just stay the same. So don’t even bother asking
If you look okay. You know I say
*Back to Reff*

   Ify terpana dengan penampilan Rio malam ini.

 “Keren yaa?” goda Rio. Ify mengangkat bahu. Bayang-bayang kejadian itu masih tersimpan dalam benak Ify.

“Fy, gue minta maaf”

 “Gampang ya kalo jadi orang yang melakukan kesalahan. Tinggal bilang maaf, selesai”

  “Fy, gue nyesel banget. Gue tau gue salah”

  “Nggak, loe ga salah. Yang salah itu gue, gue udah ninggalin loe tanpa kasih kabar ke loe”

“Fy, loe jangan gitu dong. Gue harus gimana lagi supaya loe maafin gue?”

“Ga ada yang perlu di maafin yo. Semua udah usai”

“Fyy..”

  “Kalo loe udah selesai, gue mau pulang. Gue takut pulang kemaleman” Ify berbalik. Ia sebenarnya tidak ingin terlihat lemah di mata Rio untuk saat ini.

“Pliss, loe maafin Rio. Gue yang salah” ujar Dea dari belakang Ify.

“Udahlah De, ga usah perpanjang masalah. Udah, terserah kalian sekarang mau ngelakuin apa aja. Gue udah gada hubungan apa-apa lagi. Kalo kalian pacaran, gue ikhlas kok. Gue nggak bakal ganggu hubungan kalian lagi” Ify tetap melangkahkan kakinya keluar café.

 “Loe ga sayang sama Rio? Loe ga cinta sama Rio? Loe pengen liat Rio sedih karena loe ga maafin dia?”

 “Gue sayang sama Rio, Gue cinta sama Rio, gue juga ga mau ngeliat Rio sedih. Tapi, gue juga ga sanggup harus mengorbankan diri gue. Mungkin, selama status gue dan Rio masih pacaran, Rio ga pernah dapat kebahagiaan. Gue rela kok kalo kalian manjalin hubungan. Gue ga akan pernah muncul lagi di depan kalian”

“Fy…”. Rio memeluk Ify dari belakang.

“Fy, loe yang gue cinta, sampai kapanpun. Pliss. Gue janji, gue bakal ngejagain loe”

“Itu cuman omong kosong. Loe dulu juga pernah ngucapin itu. Tapi nyatanya, loe sendiri yang nyakitin gue. Udah Yo, ga ada yang perlu dibahas lagi”. Ify tetap bersikeras keluar.

“Ok, kalau itu mau loe. Gue terima. Tapi loe jangan salahin gue, kalau gue bakalan ancur tanpa loe Fy” teriak Rio.

“Yo..”

  “Gue sayang sama loe. Ga ada yang salah sekarang. Semua ini hanya kesalahpahaman. Fy, kalo lo pengen tampar gue sebagai balasan waktu itu, silahkan. Asalkan loe mau jadi pacar gue lagi. Pliis Fy” Rio terduduk. Dea tak angkat bicara lagi.

  “Gue butuh bukti”

“Gue akan buktiin itu. Dan kalo gue bohong, loe boleh ninggalin gue selamanya”. Ify sedikit menyunggingkan senyumnya.

 Mendapat respon, Rio segera bangun dan memeluk Ify.

 “Thanks Fy, udah kasih gue kesempatan untuk kedua kalinya. Gue ga bakal ngenyia-nyiain itu”

 “Iya yo” jawab Ify parau.

 “Jangan nangis lagi ya cantik”. Rio mengusap air mata Ify. Ify tersenyum.

  Semua berakhir bahagia. Kini Dea telah pindah ke kota yang lain karena harus mengurus restoran milik keluarga. Semua kembali bahagia. Dan secepatnya Rio akan melamar Ify.

TAMAT

ni crta bneran ancur. Udh gajelas, alur.a cepet,, pokok.a serba kekurngan daah. Oleh krna itu,, dbutuhkan saran dan kritik yg membangun yaak. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar