Sabtu, 13 Agustus 2011

Sebatas Mimpi (COPAS)

SEBATAS MIMPI

Ketika cinta datang mengetuk hati tak akan ada yang bisa menghentikannya tapi ketika suatu saat nanti sirna kau harus rela untuk melepaskannya

 “ Ify “ teriak seseorang memanggil namaku. Aku menoleh mencari sumber suara yang menyerukan namaku, Aku tersenyum manis sesaat setelah mengetahui siapa pemilik suara itu. Alvin batinku sambil tersenyum lebar kemuadian berlari kecil menghampiri Alvin dan menubruknya dengan pelukan erat dan hangat. Aku tersenyum bahagia akhirnya aku bisa bertemu dengannya di sini.
“ Alvin..... aiih.... kangen berat gue sama lo “ teriakku lebay masih mendekap Alvin erat – erat.
“ Gue juga kangeeen kangenn kangen banget sama lo “ teriak Alvin ikutan lebay dan membalas pelukanku erat – erat juga lalu melepasnya dan menatapku dari atas sampai bawah. Terpesona mungkin.
“ Gila... ckckck jadi langsing gini lo ? Gimana kabar bonyok lo disana ? “ well aku tau itu yang akan dikatakan oleh Alvin, gimana nggak terpesona disaat aku masih kecil akukan gendut banget ditambah pipiku yang tembem menambah kebuletan wajahku.
“  Iya dong hahaha... bonyok baik kabarnya “
“ Berapa lama lo disini ? “ saat ini aku memang sedang berlibur di Jakarta. Sejak lulus SD aku memang tinggal di Prancis mengikuti orang tuaku yang dipindah kerja disana.
“ 3 bulan “
“ Lama amat ? “ tanya Alvin heran dan dan aku hanya cengengesan menanggapi pertanyaan Alvin
“ Ehem...Uhuk... Uhuk... “ ada seseorang yang sepertinya sengaja terbatuk, aku menoleh ke samping ‘ Oh God ‘ batinku terpesona kenapa dari tadi aku tidak sadar bahwa aku ada makhluk ciptaan-Mu setampan ini.
“ Eh... Elo, Yo “ ucap Alvin menoleh kesamping, tadi aku dengar dia memanggil ‘yo’?? siapa nama laki – laki ini?? Yo – yo? Yovan, Yosa atau siapa? Pikirku bertanya – tanya, aku tersenyum padanya.
“ Iye lah gue “ jawab laki – laki yang dipanggil ‘yo’ tadi kesal gimana nggak kesal sedari tadi Ia hanya dikacangi olehku dan Alvin
“ Sorry... Sorry...  eh Yo, kenalin ini Ify sepupu gue “ Alvin mengenalkan laki – laki yang masih di sebut – sebut oleh Alvin ‘yo’ padaku, Aku tersenyum lebih lebar lagi, Alvin kau malaikatku hohohoho
“ Alyssa Saufika Umari. Cukup panggil Ify aja “ Ucapku masih tersenyum manis dan ramah sambil mengulurkan tangan bermaksud mengajaknya berjabat tangan. Ku rasa pipiku sekarang merah sekali karena malu padanya, apalagi tadi aku sempat teriak – teriak nggak jelas
“ Mario Stevano Aditya Haling. Panggil Rio aja biar lebih singkat “ Ucap laki – laki itu yang ternyata bernama Mario. Nama yang bagus menurutku. Ku lihat Mario menjabat tanganku. Aku tersenyum sekali lagi dan sukses membuat semburat merah dipipi aku dan mungkin Mariopun iya sempat tertangkap oleh mataku disaat pipnya bersemu merah. Aah senangnya aku.
“ Eh, kenapa pipi lo berdua merah ? “ Tanya Alvin polos -mungkin pura – pura polos- Mario hanya menggeleng kecil lalu Alvin menggandeng tanganku menuju parkiran bandara. Aku tersenyum sekali lagi pada Mario kemudian setelah menjemputku dari bandara kita melesat menuju rumah makan terdekat untuk makan siang yang bisa disebut makan sore.
Aku turun dari mobil kemudian langsung berjalan masuk kedalam rumah makan tersebut dan langsung memilih tempat duduk didepan danau. Udara di sini sangat sengar, aku selalu betah untuk tinggal dikota bandung ini. Dingin tetapi menyejukkan. Aku menoleh ke belakang ketika Alvin memanggilku untuk memesan makanan. Aku tersenyum lagi entah kenapa setiap melihat Mario aku selalu ingin tersenyum. Aku memilih bubur ayam dan teh hangat karena udara disini dingin jadi biar badan aku hangat gitu, setelah memesan kami mengobrol bersama yaaah jujur saja kebanyakan berasal dari obrolan aku dan Mario. Setelah makan aku dan Alvin langsung mengantar Mario pulang. Di perjalanan kami hanya diam dan karena aku yang tak suka berdiam diri akhirnya memutuskan untuk tidur.
***
Aku membuka mataku silau yang ku rasa, aku memejamkan mata lagi kemudian membuka lagi setelah itu aku beranjak dari kasur empukku danmembuka korden. Matahari bersinar cerah, aku melirik jam beker disampingku ‘ jam 9 pagi?? Gue bangun jam segitu?? Gila rekor nih gue ‘ batinku kaget aku memang tidak biasa bangun siang, aku membalikkan badan saat terdengar pintu dibuka dan munculah makhluk serba putih yang tidak menakutkan(?) sambil membawa nampan yang aku yakini sarapan pagi
“ Ah elo, Fy malah bengong di situ, gara – gara lo bangun siang gue jadi kudu nganter ini sarapan ke lo “ cerocos Alvin sewot sepertinya tidak terima disuruh – suruh
“ Cuma setahun sekali ini gue di sini “ Ucapku santai kemudian menghampiri Alvin yang sedang duduk di tempat tidurku.
“ Wiiih ayam goreng, masakan siapa, Vin? “ tanyaku antusias biasanya dirumah Alvin makanan ayam gorenglah yang paling enak
“ Bunda doong “ ucap Alvin yang selalu membanggakan bundanya
“ Iya iya percaya. Eh vin suapin doong, kangen disuapin sama lo “ pintaku manja, aku terlalu memang dekat dengan Alvin. Alvin dengan gerakkan cepat mencubit pipi apelku, aku cemberut menahan sakit cubitan Alvin dipipiku.
“ Manyun aja lo, gue cium juga lo “ ucap Alvin yang aku tau sedang menggodaku
“ Apa dah lo. Buru suapin “ ucapku jutek, Alvin mendengus kesal tapi tetap saja mengambil  piring itu dan mulai menyuapiku.
“ Fy lo suka sama Rio ya? “
“ Uhuk uhuk uhuk “ batukku kaget(?) kelihatan banget apa kalo aku suka sama Mario, aku menatap Alvin malu, pipiku memanas aku rasa pijaran – pijaran merah telah mendarat di pipiku(hah?). Aku mengangguk – angguk malu pada Alvin dan kau tau apa reaksi Alvin?? Dia tertawa!! Hay apanya yang lucu menertawakan aku seperti itu. Lagi – lagi aku mulai pasang wajah cemberut.
“ Mandi sana ikut gue ketemuan sama Mario “ ajak Alvin yang langsung aku sambut dengan mata berbinar – binar.
“ Serius lo, pin? “
“ Vin bukan Pin. Iya lah serius “ setelah Alvin keluar dari kamar aku buru – buru membuka koperku untuk mencari pakaian apa yang pas untuk aku pakai saat bertemu dengan Mario. Setelah itu aku buru – buru menuju kamar mandi yang ada didalam kamarku untuk mandi. 25 menit berlalu aku sudah duduk manis diruang tamu guna menunggu Alvin yang sedang bersiap – siap.
“ Mau kemana kamu sayang? “ tanya Bunda Alvin sambil duduk di sofa sampingku.
“ Mau nemenin Alvin, Bun “ ucapku sopan sambil tersenyum
“ Boong tuh, Bun. Ify pengen ketemu sama Mario “ Ucap Alvin sambil berjalan menuju arahku. Aku menoleh ke belakang sambil melototi Alvin. Gilaa malu banget aku batinku miris
“ Oh mau ketemu Mario toh pantes kok rapi gini “ goda bunda Alvin padaku.
“ Apaan sih bun “ ucapku malu sambil menutupi mukaku dengan kedua tanganku
“ Iiiih pipinya merah “ lagi – lagi bunda menggodaku sungguh saat ini aku malu. Setelah berpamitan dengan bunda aku dan Alvin langsung melesat menuju kafe tempat Alvin dan Mario sepakati.
***
                Sebulan sudah aku dan Mario dekat. Kita sering jalan bareng, nonton, dinner, dan semuanya kulakukan bersama Mario, kira – kira sudah satu bulanan ini liburanku di sini ditemani oleh Mario dan semuanya pasti tahu betapa aku bahagia. Seperti saat ini Mario mengajakku makan siang di dekat rumahku. Mario bilang ada sesuatu yang mau Ia katakan, aku tersenyum senang saat Mario menyebutkan keinginannya bertemu denganku lewat telepon tadi, bolehkan aku sedikit GR kalo Mario mau mengungkapkan perasaannya padaku.
“ Mau ngomong apa, Yo? “ tanyaku setelah kita selesai makan siang. Ku liat Mario seperti salah tingkah, hatiku berdesir bahagia ya rasa GR ku mulai berkembang berharap Mario mengatakan isi hatinya padaku. Aku menatap matanya begitupun Mario.
“ Aku cinta kamu “ ucap Mario yakin. Aku terlonjak kaget senang bukan main.
“ Gue bisa ngucapin tiga kata itu ke cewek lain, bisa ngucapin ke elo, tapi nggak bisa ngucapin ke satu orang “ lanjut Mario memandangku. Apa maksudnya berkata begitu?? Untuk apa dia mengatakan tiga kata itu padaku padahal bukan untukku. Nafasku memburu, dadaku bergejolak seperti ada sesuatu yang mengganjal. Sesak hati ini. Aku mencoba berrsikap tenang meski sulit, mataku perih menahan tangis.
“ Siapa orang itu? “ tanyaku lirih. Susah payah aku mengatakan hal yang sebenarnya tidak ingin aku katakan
“ Citra “ ucap Mario menyebutkan nama gadis itu. Gadis yang dicintainya. Aku menelan ludah susah payah. Pahit seperti kenyataan ini. Seperti air yang mengalir dari daerah tinggi menuju daerah rendah Mario menceritakan semuanya. Semua tentang rasa cintanya dan semua tentang Citra. Dan aku hanya menjadi pendengar yang baik. Mendengarkannya dengan sepenuh hati dan luka yang terus berkembang didalam hati.
“ Yo, gue pulang ya “ pamitku setelah Mario selesai menceritakan tentang Citra. Sungguh Dia yang tidak peka atau besarnya cinta dia ke Citra sampai Rio nggak bisa lihat rasaku untuknya? Tanyaku dihati. Mario menatapku setelah itu Ia mengangguk, aku beranjak dari tempat dudukku kemudian keluar dari rumah makan itu dan berjalan menuju rumah ditemani air mata yang terus berlomba – lomba untuk keluar. Aku memasuki rumah kemudian berlari menuju kamar Alvin. Ku buka pintu kamar Alvin langsung tanpa mengetuknya dahulu. Kulihat Alvin sedang berdiri menatap pemandangan diluar. Aku berlari memeluknya kemudian menangis dipelukannya. Alvin membalikan badan kemudian memelukku ganti, aku masih menangis dipelukannya.
“ Kenapa? “ tanya Alvin pelan setelah aku melepas pelukannya kemudian membimbingku untuk duduk di kursi belajarnya. Kemudian aku menceritakan semuanya pada Alvin tentang apa yang Mario katakan sewaktu di rumah makan tadi. Air mataku masih menetes, Alvin memelukku lagi sambil mengusap puncak kepalaku lembut. Aku terus menangis didekapannya. Dan Alvin masih memelukku diam menungguku tenang.
Sebiru cinta yang bertahta, seputih asa yang menggantung dilautan. Kuselalu mengunci hati untukmu. Andai saja segalanya berujung bahagia.
***
                Setelah insiden pernyataan itu aku tidak pernah berhubungan lagi dengan Mario bukan karena Mario melupakanku tetapi karena aku yang menghindarinya mulai dari tidak membalas sms Mario sampai mereject telepon darinya. Hatiku masih sakit dan akupun tak tahu harus seperti apa ketika melihat Mario menceritakan tentang gadis pujaannya. Aku menuruni tangga kemudian ikut bergabung untuk bersarapan dengan keluarga Alvin.
“ Pagi semuanya “ sapaku berusaha ceria kemudian aku mengambil roti yang telah disediakan oleh Bunda Alvin dan melahapnya dengan semangat.
“ Fy,ntar siang Mario ngajak kita ketemuan ada hal penting yang mau dia kasih tahu ke kita “ ucap Alvin memberitahu seketikan wajahku berubah keras, roti yang akan aku makan langsung aku letakkan dipiring.
“ He’em “ ucapku berusaha santai.
Aku berjalan malas – malasan mengikuti kak Alvin dari belakang, saat ini aku sedang memasuki cafe tempat kita janjian dengan Mario. Aku mendongkrak(?) saat ada yang memanggilku dan kak Alvin, Mario dan seorang gadis yang aku rasa lebih cantik dari aku apalagi penulis#plak!!! Kak Alvin menggandengku menuju tempat Mario berada, kemudian duduk di kursi yang berada ditempat itu
“ eh kenalin ini Citra “ ucap Mario menunjuk gadis disampingnya, coba lihat gadis itu hanya tersenyum tanpa mengajak kita berjabat tangan. Sombong sekali dia. Aku menatap gadis itu, gadis yang berhasil merebut hati Mario. Aku berusaha untuk tidak menatapnya dengan sinis tetapi sulit sekali. Selama satu saja kita disini lebih banyak didominasi oleh obrolan Alvin, Mario dan Citra. Aku hanya diam saja karena sudah males dulu ngelihat tangan Citra dan Mario yang bergenggaman erat.
“ Kalian pacaran? “ tanyaku sudah tak tahan, Citra menoleh kearahku sambil tersenyum manis, cihh aku benci senyum itu.
“ Mario belum cerita sama kamu ya? Iya kita pacaran dari kemarin siang. Hehehe. Mario ngajak kalian kesini mau kasih PJ katanya “ ujar Citra menjelaskan. Kalian tahu apa yang aku lakukan? Aku hanya tersenyum miris. Di Paris cintaku tak terbalas dan di Indonesiapun sama. Aku menatap Alvin memelas.
“ Gue pamit dulu yo. Mau ngambil pesanan kue dulu “ pamit Alvin yang aku tahu itu bohong, Mario hanya mengangguk saja kemudian aku dan Alvin beranjak dari sana. Diluar cafe aku menatap mereka berdua yang sedang kasmaran itu. Sakit. Aku menangisinya lagi, hatiku tersayat perih melihat semua itu. Kenapa Mario tidak mencintaiku saja? Apa bagusnya gadis itu daripada aku? Aku benci itu. Alvin menebuk bahuku pelan bermaksud menguatkanku kemudian menggenggam tanganku erat.
“ Hari ini lo boleh nangis tapi besok nggak ada lagi tangis untuk Mario “ aku hanya mengangguk kemudian Alvin dan Aku pulang.
Aku termenung lagi, kegalauan masih saja menyelimutiku, di sini di kamar Bunda aku menangis dipelukannya, Bunda mengusap pelan bahuku lembut bermaksud menenangkanku. Aku terisak menahan sesak dihatiku, sungguh ini menyakitkan, mungkin ini lebay tapi cobalah rasakan menjadi aku. Hatiku bertanya – tanya selama Mario bersamaku apa yang dia rasakan? Kenapa dia tak punya sedikitpun rasa untukku. Ribuan pertanyaan yang diawali kenapa terus berdengung di pikiranku, apa bagusnya gadis itu? Aku lebih segala – segalanya dari gadis itu, dan mungkin cintaku untuk Mario lebih besar daripada cinta gadis itu pada Mario.
“ Fy, minum teh angetnya dulu, biar lo tenang “ aku menoleh menatap Alvin yang berjalan menghampiriku. Aku tersenyum lirih kemudian menerima teh manis itu. Pahit batinku miris, entah lidahku  yang mati rasa atau memang pengaruh dari hatiku yang sedang terluka.
“ Bunda tinggal ya sayang, kamu butuh waktu sendiri “ ucap Bunda Alvin penuh pengertian, aaah andai saja bundaku seperti itu. Selalu ada disampingku, bukan seperti sekarang selalu berada disamping Papa untuk membantu bisnisnya.  Aku mengangguk kearah Bunda kemudian Bunda dan Alvin keluar dari kamar. Aku tersenyum miris lihatlah mereka bukan bagian dari keluarga intiku tapi mereka yang ada disetiap aku membutuhkannya. Bukan bundaku tetapi bunda Alvin. Ponselku bergetar – getar memberitahu bahwa ada sebuah sms yang masuk. Aku meraih hp yang berada disampingku. 1 pesan diterima, aku membukanya dan lihatlah airmata ini langsung mengalir tanpa henti ketika membaca apa isi dari sms yang dikirim oleh bintangku. Mario
Ify, gue bingung mau curhat sama siapa, akhirnya gue putuskan curhat sama lo, gue seneng banget hari ini, tadi Citra bilang cinta sama gue padahal dari kemarin dia nggak bilang sama gue kalo dia cinta sama gue dia Cuma bilang mau jadi pacar gue. Ya ampun Ify aiiiih gue seneng banget. Cuma itu yang mau gue curhatin. Met malam Ify, mimpi indah adik kesayanganku.
Mario hanya menganggapku adik?? Sekali lagi aku katakan MARIO MENGANGGAPKU SEBAGAI ADIKNYA!! Hanya adik, sebatas itu tidak lebih, tidak seperti yang aku inginkan, dia tidak mencintaimu dia hanya menyayangiku sebagai adik. Aku menghela nafas berat kemudian menghapus air mata yang bertahan dipipiku. Kemudian aku mulai memejamkan mata berharap bisa tertidur dengan nyenyak.

THE END
Tutup kuping, tutup mulut dan tutup mata....
Saya siap untuk didemo, cerpen terhancur yang pernah saya buat, maaf buat para pembaca(emang ada?) ini jelek sekali ya?? Saya tidak mendapatkan feelnya, bener deh karena saya memang sedang tidak galau, tidak seperti cerpen saya yang BIARKAN AKU TETAP DISINI. Cerpen yang ini sangat banget amat sungguh hancur, gagal, nggak ada feelnya, garing, hampa dan satu lagi hambar...
Maaf ya....
Saya butuh comentar anda semua agar mood menulis saya kembali, agar saya tidak ragu lagi untuk ngepost karya – karya saya yang sudah saya pastikan GAJE semua J
Minta like dan kritik sarannya ya
Baca cerpen saya yang lainnya dan baca cerbung terbaru saya yang berjudul CHITATOKU YUPIKU
Kalo ada yang mau ini ya baca cerbung saya yang pertama yaitu CINTA DALAM HATI di blog www.cakkanuraga.ning.com  cari saja diblog cerita situ dengan judul itu tadi pasti ketemu J
Makasih
Salam penulis

-ISTIQOMAH NURFITRI BISONO-

add my facebook: vievitri atau isti
visit and follow my blog www.isti-mine.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar